Rafi Sudirman pertama kali tampil full band di Bandung. Sound of Spotted: Senyam-Senyum Mini Tour (Episode 11) mengubah lantai Sloow Otten jadi lantai dansa muda-mudi kasmaran. Ingar bingar lagu Senyam-Senyum bikin kita punya fall in love anthem pas lagi kasmaran.
Malam, 4 Oktober 2024 di Sloow, Christo Edgar, musisi dengan aliran Dynamic Pop cum RNB asal Kota Bandung, tampil duluan membawa lagu dalam EP “Cold” dan spill tipis singgle anyarnya “Berlalu”.
Lalu, Senyam-Senyum Rafi Sudirman dimainkan. Saxo melengking, puluhan penggemarnya menari tipis meski berdesakan.
Banyak fakta menarik tentang lagu kasmaran yang bikin joget ini, Culture Collar kompilasiin jawaban dari wawancara singkatnya:
CC: Apa yang ingin kamu sampaikan lewat single “Senyam-Senyum” tentang konsep cinta seperti apa?
Rafi Sudirman: Simpel sih. Aku pengen bikin lagu untuk orang yang sedang jatuh cinta, kasmaran, atau saling naksir. Fokusnya ke rasa “Senyam-Senyum” dan geli di perut saat baru merasakan cinta. Beda sama lagu cinta biasa yang cuma sekadar romantis. Ini lebih ke pertanyaan kayak, “Kenapa aku Senyam-Senyum sendiri?” atau “Kenapa aku salting kalau doi nggak ngabarin?” Pokoknya pengen meromantisasi momen-momen kecil itu dan jadi anthem buat yang lagi jatuh cinta.
CC: Pas bikin lagu ini, kamu lagi jatuh cinta juga?
Rafi Sudirman: Lagi jatuh cinta, [Tertawa] Iya, bener!
CC: Sekarang kok nulis lagu bahasa Indonesia?
Rafi Sudirman: Aku penasaran explore bahasa Indonesia. Dulu sempat bosan nulis lagu Inggris, terus teman-temen nyaranin, “Coba nulis bahasa Indonesia!” Jadilah “Pengagum” sebagai awal. Setelah itu, aku pengen bikin lagu yang upbeat dan bisa buat joget, plus pas lagi jatuh cinta. Jadilah “Senyam-Senyum.”
CC: Takut nggak pas pertama kali pakai bahasa Indonesia?
Rafi Sudirman: Takut lagi, ada-ada. Sampai sekarang masih takut gitu. Tapi alhamdulillah banyak respon positif dari lagu “Senyam-Senyum” ini, dan senang juga ngelihat orang bisa ikutan Senyam-Senyum dengerin ya.
CC: Di intro lagu “Senyam-Senyum” ada suara perempuan bilang “Halo.” Itu siapa?
Rafi Sudirman: Iya itu Lyodra. Nah lucu nih, waktu itu kan lagi-lagi ngopi sama dia kan, lagi nongkrong-nongkrong. Terus dia aku kasih denger lagunya “Senyam-Senyum.” Habis dia denger dia bilang gini, “Kayaknya harus ada suara cewek di depan sama suara cewek di belakang.” Kenapa? “Iya biar konsepnya lucu aja, biar kayak teleponan ‘Senyam-Senyum’ lagi gombalin cewek,” dia bilang kayak gitu. Terus gue langsung, “Kenapa nggak suara kamu aja gitu?” Langsung gitu kan. “Oh ya udah boleh suara aku aja.” Tapi dia nggak mau ngerekam langsung, dia katanya mau voice note. Terus habis itu besoknya dikirim. Lucu, lucu banget. Terus ya udah masukin aja berarti di lagunya.
CC: Lu lebih berkesan tampil di mana?
Rafi Sudirman: Bandung selalu berkesan buatku, seru. Karena, selama ini seringnya manggung di Jakarta. Pas ke Bandung, ternyata ada yang nerima karya gue seantusias itu. Selalu berkesan kalau manggung di Bandung, dan ini pertama kali full band di Bandung.
CC: Ada band yang lo suka kah di Bandung?
Rafi Sudirman: White Chorus, White Chorus. Menurutku White Chorus unik banget. Duo yang unik dan musik-musiknya aku suka banget. Easy listening juga sih.
CC: Kalau besok hari terakhir dunia, lagu apa yang mau kamu dengar?
Rafi Sudirman: Album “Sings” Chet Baker . Jazz-nya bikin tenang, cocok buat momen terakhir.
CC: Lastly, soal Senyam-Senyum, apa yang mau lu sampaiin?
Rafi Sudirman: Untuk senyum-senyum, karena ngefans banget sama Bruno Mars, Gue kagum cara dia menghibur penonton, nyanyi sambil joget dan main band. Pengen Kayak Gitu. Termasuk, kenapa akhirnya rilis lagu happy di tengah lagu-lagu galau. Aku pengen “Senyam-Senyum” jadi pengingat buat nikmatin momen bahagia, apalagi sekarang lagi banyak lagu sedih.




